AHMAD DEEDAT

Seperti di kutip situs Arabnews.com, menantu pria Deedat, Essam Ahmed
Mudeer mengatakan, dunia telah kehilangan juru dakwah tersohor yang telah
berjuang untuk Islam selama lebih 60 tahun. Seperti diketahui, pria bernama
lengkap Ahmed Hoosen Deedat ini tak pernah mengenyam pendidikan formal. Meski
demikian, kiprahnya dalam dakwah, khususnya dalam bidang Kristologi sangat
disegani di seluruh dunia. Deedat telah menerbitkan sekitar 22 buku penting dan
telah dicetak hingga 20 juta kopi.
Karya-karya Deedat seperti, The
Choice-Between Islam and Christianity, Is the Bible God's Word?, Al Qur'an the
Miracle of Miracles, What the Bible says about Muhammad?, dan Crucifixion or
Cruci-Fiction? begitu dikenal dan diakui di seluruh dunia. Karena itulah Deedat
pernah memperoleh penghargaan dari King Faishal Award --semacam hadiah Nobel
dari Pemerintah Saudi Arabia-- pada tahun 1986 atas karya-karyanya itu. Dia
menetap di Afrika Selatan membantu masyarakat Muslim di sana, termasuk sejumlah
misionaris yang ingin memeluk Islam.
Tokoh kharismatik ini terlahir di distrik
Surat, India, tahun 1918. Ayahnya yang berprofesi sebagai penjahit, kemudian
beremigrasi ke Afrika Selatan tak lama setelah kelahirannya. Tahun 1927, Deedat
berangkat ke Afsel menyusul ayahnya. Di sana dia pun memulai perjuangan
hidupnya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, Deedat harus
bekerja demi biaya sekolah saat usianya baru 16 tahun.
Tahun 1936, dia bekerja
di sebuah toko dekat sebuah sekolah Kristen di Natal South Coast. Karena
jaraknya yang tak terlalu jauh, dia kerap mendengar ungkapan-ungkapan yang
bernada merendahkan Islam. Hal inilah pada akhirnya mendorong Deedat untuk
bertekad mempertahankan agamanya dari propaganda-propaganda yang menyesatkan.
Secara kebetulan, Syekh Deedat lantas menemukan sebuah buku berjudul Izharul
Haq: Kebenaran yang Terungkap. Buku tersebut memaparkan tentang keberhasilan
umat Muslim di India menangkal misionaris di bawah kekuasaan Inggris. Salah
satu metode yang ditekankan pada buku tadi adalah mempertahankan pendapat dalam
debat, dan itu sangat berkesan pada diri Deedat. Tak lama, Deedat pun membeli
sebuah Injil, mempelajarinya dan mulai berdiskusi panjang lebar dengan seorang
misionaris yang dikenalnya.
Setelah itu, dia mengundang misionaris lain dan
pendeta untuk bergabung dalam sesi debat itu. Kesuksesannya pada kegiatan
diskusi dan debat kemudian membawa Deedat masuk pada bidang dakwah. Sejarah
mencatat, dia telah banyak menyelamatkan akidah saudara-saudara Muslim,
khususnya di benua Afrika yang telah banyak mengalami serangan Kristenisasi
dari para misioaris. Kefasihannya mempertahankan keyakinan Islam dan
bukti-bukti keraguan agama Kristen telah diakui kalangan Kristen seluruh dunia.
"Beliau adalah tokoh besar dan perjuangan dia untuk mendakwahkan Islam akan
terus dikenang selamanya, " ujar Abu Ammar, mantan mahasiswa di Boston
yang pernah mengikuti studi tentang kekristenan tahun 1993 pada Deedat.
Deedat
mengalami penurunan kesehatan setelah stroke menyerangnya sejak tahun 1996 usai
memberikan seminar di Australia. Sejak itu dia tergolek lemah dan mengalami
kelumpuhan. Kesehatannya yang buruk ini membuat ia sempat berkali-kali diisukan
telah meninggal dunia. Deedat masih berstatus sebagai pemimpin Propagation
Centre International (IPCI), sebuah lembaga yang masih dipegangnya hingga
meninggal. Baginya, berdebat sebagai satu-satunya jalan membuktikan kebenaran
Islam. Melalui perdebatannya dengan kalangan pendeta itulah, hingga hari ini,
sudah ribuan orang menjadi Muslim.
Pengetahuan dan wawasannya yang sangat luas
tentang Injil dan gayanya yang menarik dalam menjelaskan pemikirannya, membuat
Deedat begitu disegani tak hanya oleh umat Muslim tetapi juga kalangan Kristen.
Bahkan, mereka kerap berkomunikasi dengan Deedat untuk lebih mengeksplorasi
pemikiran-pemikirannya terutama mengenai Injil dan misi yang dibawa oleh Nabi
Isa AS. Deedat telah tiada, namun ia telah meninggalkan warisan ilmu kepada
murid-murid atas dakwahnya yang kini telah menyebar di seluruh dunia. Semoga
amal-amalnya diterima di sisi Allah SWT.
(Republika/arabnews/eramuslim )
0 Comments