
Pada awalnya, sultan
ini memangku kekuasaannya hanya dalam jangka waktu singkat, yakni dari tahun
1444 hingga 1446. Lima tahun kemudian, ia bertahta lagi (1451-1481).
Dialah
sultan Turki pertama yang mengklaim sebagai kalifah, pemimpin tertinggi umat
Muslim se-dunia. Namanya tercatat dalam sejarah saat berhasil menumbangkan
kekuasaan Kekaisaran Bizantium setelah menduduki Konstantinopel tahun 1453 --
melalui pertempuran yang amat terkenal, Perang Konstantinopel. Penaklukan
Konstantinopel Sehari sebelum memulai serangan, Mehmed menyerukan kepada
segenap pasukannya bahwa mereka tengah menjalankan perang suci sebagaimana
telah dilakukan para pendahulu.
Melalui pidato yang berapi-api, sultan ini
sanggup membangkitkan semangat dan moral pasukan Turki Ottoman. Awalnya,
beberapa penasihat militernya tidak terlalu yakin akan keberhasilan serangan
kali ini. Mereka antara lain, masih belum percaya akan kemampuan sultan muda
tersebut dalam mengorganisasikan pasukan. Apalagi, Konstantinopel terkenal
sulit ditaklukkan. Rintangan yang menghadang juga tak main-main.
Kota itu
dikelilingi tembok pertahanan kuat. Untuk mengisolasinya juga sulit, kecuali
melalui jalur laut. Bulan April 1453, pasukan Turki memulai serangan. Meski
terus menerus dibombardir (antara lain menggunakan kanon ukuran besar, panjang
28 kaki, kaliber 8 inci) namun warga kota Konstantinopel tetap bisa bertahan.
Mereka sanggup memperbaiki kerusakan setiap malamnya. Lama kelamaan, warga
Bizantium kelelahan. Tapi mereka terus bertahan. Hal ini kemudian memunculkan
kembali legenda lama bahwa Konstantinopel tidak bakalan jatuh saat bulan
purnama. Mereka lupa, bulan tak selamanya purnama.
Pada malam hari tanggal 22
Mei, bulan berubah menjadi sabit dan ini membuat moral warga kota jatuh. Mehmed
II sudah lama tahu mengenai legenda ini sehingga dia pun menunggu selama
beberapa hari sebelum memulai serangan baru. Saat tiba waktunya, serangan pun
dimulai. Mukjizat dari Allah muncul ketika perang berkecamuk. Secara tiba-tiba,
gerbang kota terbuka akibat suatu kecelakaan. Inilah yang diharapkan pasukan
Usmaniyah. Mereka tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk masuk kota dan
menaklukkan Konstantinopel tiga hari kemudian. Penaklukan Konstantinopel,
menurut Mehmed II, amatlah penting bagi masa depan kesultanan Usmaniyah.
Terbukti kemudian, selama berabad-abad, kesultanan Usmaniyah dapat
mempertahankan pengaruh mereka di daratan Eropa Timur. Tak hanya
Konstantinopel, beberapa wilayah penting lainnya juga dapat dikuasai seperti
Anatolia dan kawasan Balkan. Invasi terhadap Konstantinopel serta keberhasilan
kampanye melawan kerajaan-kerajaan kecil di Balkan dan wilayah Turki di
Anatolia, menghadirkan kejayaan bagi Kesultanan Usmaniyah. Mehmed II terkenal
sebagai penguasa yang rendah hati.
Selama menduduki satu kawasan, utamanya di
Konstantinopel, misalnya, dia menjalankan praktik yang dilakukan oleh
Rasulullah dan para sahabat saat menaklukkan wilayah musuh. Sesuai ajaran
Rasul, dia pun memperlakukan orang-orang taklukan dengan baik. Tidak ada
perlakuan semena-mena. Di setiap kota yang diduduki, Mehmed II selalu berusaha
mengembalikan fungsi bangunan yang rusak karena perang dan juga mendirikan
rumah tempat tinggal layak huni. Untuk menjalankan roda kegiatan sehari-hari,
Sultan menunjuk salah seorang tokoh masyarakat setempat sebagai walikota.
Pengaruh kekuasaan walikota tersebut hanya terbatas pada warga beragama
Kristen, tidak termasuk komunitas Genoa dan Venesia di daerah pinggiran serta
pendatang Muslim maupun Yahudi. Metode Sultan ini dengan kata lain mengizinkan
kuasa tak langsung kepada warga Bizantium Kristen dan sekaligus juga pengaruh
lebih luas pada penguasa Usmaniyah. Hal tersebut berlaku sampai kemudian Sultan
memperbarui sistem pemerintahan di kota itu, menggantinya menjadi ibukota Turki
Usmaniyah hingga tahun 1920-an. Begitu pula ketika keberhasilan kampanyenya
terhadap kawasan Otranto di sebelah selatan Italia, Mehmed II sempat pula
mengumpulkan para humanis Italia dan ilmuwan Yunani guna berdiskusi.
Hal lain
yang dilakukannya adalah tetap memfungsikan Gereja Bizantium, menawarkan pada
para sarjana menerjemahkan ajaran-ajaran Kristen ke dalam bahasa Turki dan
meminta Gentile Bellini dari Venesia melukis dirinya. Sejarah pun mencatat,
Mehmed II adalah sultan pertama yang mengkodifikasikan hukum kriminal dan
konstitusi jauh sebelum Sultan Sulaiman. Di samping itu, dia pula yang
mengembangkan citra klasik kesultanan Usmaniyah yang otokrasi (padishah).
Setelah kejatuhan Konstantinopel, dia mendirikan sejumlah universitas dan
perguruan tinggi, yang beberapa di antaranya masih berdiri sampai sekarang.
0 Comments